Salju abadi di Puncak Jayawijaya, yang selama ini menjadi salah satu ciri khas keindahan alam Papua, di perkirakan akan lenyap pada tahun 2026. Informasi ini di sampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyoroti dampak perubahan iklim global terhadap keberlangsungan salju di kawasan tropis. Kehilangan salju ini tidak hanya menjadi tanda darurat iklim, tetapi juga membawa sejumlah kerugian yang signifikan bagi lingkungan, ekonomi, dan budaya.
Hal tersebut di ungkap oleh prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Moses Kilangin Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Mimika Reza pada Selasa (17/12/2024). Dia mengatakan, hasil penelitian terbaru BMKG mengungkap, ketebalan salju abadi di Puncak Jayawijaya hanya tersisa 4 meter, berkurang 2 meter dari 2022.
Faktor Penyebab Hilangnya Salju
BMKG menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama mencairnya salju di Puncak Jayawijaya adalah meningkatnya suhu global akibat perubahan iklim. Pemanasan global telah menyebabkan lapisan es di berbagai belahan dunia, termasuk di kawasan tropis seperti Indonesia, mencair dengan cepat. Selain itu, aktivitas manusia seperti deforestasi dan emisi gas rumah kaca juga mempercepat proses ini.
Penelitian yang di lakukan oleh para ilmuwan menunjukkan bahwa laju pencairan salju di Puncak Jayawijaya terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Jika tidak ada langkah mitigasi yang signifikan, hilangnya salju abadi ini hanya tinggal menunggu waktu.
Kerugian Lingkungan
Kehilangan salju di Puncak Jayawijaya membawa dampak serius bagi ekosistem setempat. Salju abadi berperan penting dalam menjaga keseimbangan hidrologi di kawasan tersebut. Dengan mencairnya salju, pasokan air bersih untuk wilayah sekitar dapat berkurang drastis, yang berpotensi mengganggu kehidupan flora dan fauna lokal.
Selain itu, hilangnya salju juga mengurangi kapasitas Puncak Jayawijaya dalam merefleksikan radiasi matahari. Hal ini dapat mempercepat pemanasan lokal dan berkontribusi pada perubahan pola cuaca yang tidak menentu.
Hilangnya salju di Puncak Jayawijaya pada tahun 2026 bukan hanya kerugian bagi Papua, tetapi juga bagi Indonesia dan dunia. Fenomena ini menjadi pengingat nyata bahwa perubahan iklim adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan bersama. Melalui langkah-langkah konkret, di harapkan dampak buruk ini dapat di minimalkan, sehingga generasi mendatang masih dapat menikmati keindahan dan manfaat dari salju tropis yang langka ini.