Pada 4–5 Agustus 2025, Rusia secara resmi mengumumkan bahwa mereka tidak lagi terikat oleh moratorium sepihak terhadap penempatan rudal nuklir jarak menengah (intermediate-range missiles), termasuk yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Keputusan ini menandai keluarnya Rusia dari sisa-sisa perjanjian senjata nuklir pasca-Perang Dingin, setelah sebelumnya menanggalkan keterikatan terhadap INF Treaty tahun 1987 dan menghendaki pengakhiran keterbatasan unilateral.
Pemerintah Kremlin menyebut langkah itu sebagai respons atas peningkatan aktivitas militer AS dan NATO, seperti penempatan peluncur rudal Typhon dan Dark Eagle di Eropa serta Asia-Pasifik. Hal ini di nilai sebagai ancaman serius yang mendekati perbatasan Rusia.
2. Tokoh dan Pernyataan
-
Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia, menegaskan bahwa langkah itu adalah perlawanan terhadap kebijakan anti-Rusia NATO, dengan ancaman “langkah lanjutan” jika tekanan terus berlanjut.
-
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut Rusia secara strategis sudah tidak memiliki batasan dalam penempatan rudal nuklir, meskipun tidak menyebutkan lokasi atau tanggal pasti peluncuran sistem baru seperti Oreshnik.
3. Dampak Strategis dan Eropa Bereaksi
Eropa antisipatif. Presiden Prancis Emmanuel Macron segera menginisiasi diskusi strategis mengenai kemungkinan memperluas payung nuklir Perancis bagi sekutu-sekutu Eropa sebagai langkah mandiri ketika kepercayaannya terhadap perlindungan AS mulai goyah . Gagasan ini di dorong oleh calon Kanselir Jerman, Friedrich Merz, yang mendesak integrasi kemampuan nuklir Perancis dan Inggris untuk pertahanan Eropa .
Beberapa komentar netizen mencerminkan kekhawatiran serupa:
“Why should Putin think… that Trump would use a nuclear response?” — menggambarkan ketidakpastian terhadap komitmen nuklir AS di bawah Presiden Trump.
4. Risiko Eskalasi dan Kekhawatiran Dunia
-
Para analis memperingatkan bahwa keputusan ini bisa memicu lomba senjata nuklir baru. Tanpa Kerangka INF dan moratorium diri, waktu deteksi dan reaksi bisa semakin pendek, meningkatkan risiko kesalahan fatal .
-
Menteri luar negeri Rusia juga menegaskan: fasilitas nuklir AS di Eropa (seperti berbagi nuklir NATO) di anggap sebagai target militer yang sah dalam potensi konflik masa depan .
5. Ringkasan Inti
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Aksi Rusia | Membatalkan moratorium nuklir jarak menengah, bersiap penempatan rudal nuklir di Belarus dan sekitar NATO |
Alasan utama | Respon terhadap penempatan misil AS dan NATO di Eropa dan Asia–Pasifik |
Tokoh utama | Putin (Presiden), Medvedev (Deputy Security Council), Peskov (Spokesperson) |
Reaksi Eropa | Macron dorong payung nuklir nasional, Jerman dukung integrasi nuklir regional |
Risiko global | Potensi eskalasi nuklir, ketidakpastian strategi, bahaya perang nuklir |