Sebuah kericuhan maut terjadi di arena sabung ayam ilegal di kawasan Gianyar, Bali, yang mengakibatkan satu orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Peristiwa tragis ini terjadi pada Minggu (15/6) sore, ketika dua kelompok penjudi yang berseteru terlibat bentrokan usai pertandingan berlangsung panas dan penuh ketegangan.
Korban tewas di ketahui berinisial I WN (38), warga lokal yang di duga menjadi salah satu penyelenggara arena sabung ayam tersebut. Ia meninggal dunia akibat luka tusuk di bagian dada, sementara dua orang lainnya saat ini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Bermula dari Perselisihan Taruhan
Menurut keterangan saksi mata, insiden berawal dari adu argumen terkait hasil pertandingan dan pembagian uang taruhan yang memicu emosi para penjudi. Perdebatan cepat berubah menjadi baku hantam, dan dalam hitungan menit berubah menjadi kerusuhan massal.
“Awalnya cuma ribut soal hasil ayam yang di nyatakan kalah. Tapi salah satu kelompok tidak terima, lalu saling dorong dan mulai pakai senjata tajam,” ujar Wayan, warga sekitar yang menyaksikan kejadian.
Polisi yang menerima laporan segera mengerahkan personel ke lokasi kejadian. Namun, saat aparat tiba, sebagian besar pelaku telah melarikan diri ke areal persawahan dan hutan sekitar.
Polisi Tangkap 7 Orang, 1 Senjata Tajam Di amankan
Kapolres Gianyar, AKBP I Dewa Putu Ardana, dalam konferensi pers menyatakan bahwa 7 orang telah di amankan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Polisi juga menyita sebuah badik berdarah yang di duga di gunakan untuk menusuk korban.
“Kami sedang melakukan penyelidikan mendalam. Para pelaku yang melarikan diri sedang di buru. Ini bukan hanya kasus penganiayaan, tapi juga tindak pidana perjudian dan pembunuhan,” tegasnya.
Arena sabung ayam tempat kejadian di pastikan ilegal, tidak memiliki izin, dan telah lama di incar oleh aparat namun selalu berpindah-pindah lokasi untuk menghindari razia.
Tradisi yang Di salahgunakan
Sabung ayam sejatinya merupakan bagian dari tradisi budaya tajen di Bali, yang di lakukan secara terbatas dan dalam konteks keagamaan. Namun dalam praktiknya, banyak yang menyalahgunakan tajen menjadi arena perjudian yang ilegal dan penuh risiko kekerasan.
Pemerhati budaya Bali, Dr. Ida Bagus Surya, mengingatkan bahwa pelestarian budaya tidak boleh di jadikan alasan untuk menoleransi praktik ilegal dan brutal.
“Tajen dalam upacara adat itu sakral. Tapi kalau sudah jadi arena taruhan liar, apalagi sampai ada yang mati, itu jelas melenceng,” ujarnya.