Ratusan Wisatawan Mancanegara Batal ke Bali Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Erupsi Gunung Lewotobi

Bali, sebagai destinasi wisata utama Indonesia, kembali menghadapi dampak dari aktivitas gunung berapi. Kali ini, erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyebabkan ratusan wisatawan mancanegara (wisman) membatalkan kunjungan mereka ke Bali. Meski jarak antara Bali dan Gunung Lewotobi cukup jauh, dampak erupsi gunung tersebut ternyata memengaruhi jadwal penerbangan dan menciptakan kekhawatiran di kalangan wisatawan asing.

Kronologi Erupsi Gunung Lewotobi

Gunung Lewotobi, yang memiliki dua puncak, yaitu Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-Laki, mulai menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik dalam beberapa minggu terakhir. Pada beberapa kesempatan, gunung ini mengeluarkan material vulkanik berupa abu dan asap tebal yang mencapai ketinggian tertentu dan menyebabkan gangguan di udara. Aktivitas vulkanik ini diawasi ketat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), yang kemudian mengeluarkan imbauan kepada masyarakat setempat dan para wisatawan untuk menjaga jarak aman dari kawasan rawan.

Erupsi Gunung Lewotobi memengaruhi jalur penerbangan di wilayah NTT, dan beberapa rute penerbangan internasional maupun domestik pun terganggu. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi wisatawan, termasuk mereka yang berencana mengunjungi Bali.

Dampak terhadap Pariwisata Bali

Meski Bali tidak berada di bawah ancaman langsung dari erupsi Gunung Lewotobi, pembatalan ratusan kunjungan wisman terjadi karena dua faktor utama: keterlambatan penerbangan dan kekhawatiran akan keselamatan perjalanan. Banyak wisatawan mancanegara yang mempertimbangkan keselamatan mereka dan memutuskan untuk menunda atau membatalkan kunjungan ke Bali. Dampak psikologis dari erupsi gunung berapi membuat sebagian wisatawan mengalihkan destinasi mereka ke negara lain atau memilih untuk menunda perjalanan hingga kondisi benar-benar aman.

Bali, sebagai destinasi yang sangat bergantung pada kunjungan wisatawan asing, merasakan dampak signifikan dari pembatalan ini. Selain memengaruhi tingkat hunian hotel, sektor bisnis lokal seperti restoran, pusat oleh-oleh, dan layanan transportasi wisata juga terkena dampaknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *